Setelah 19 bulan kematian Chavez, negara tidak mampu memproduksi minyak komersial untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sepertinya impian presiden Hugo Chavez yang ingin kembali menguasai industri minyak setelah merebut usaha patungan yang dikendalikan oleh perusahaan ExxonMobil dan Conoco kandas.
Mengapa Venezuela harus melakukan impor minyak untuk pertama kali dalam kurun waktu 100 tahun?
Pemerintah Venezuela mengalami dilema ketika harga minyak Amerika
Serikat turun US$ 3 per galon. Hal ini menjelaskan negara kekurangan
bahan pokok seperti kertas toilet, makanan dan obat-obatan dalam satu
tahun terakhir.
Venezuela memiliki lebih dari 256 miliar barel minyak mentah, namun
ketika memproduksinya banyak mineral dan belerang. Oleh karena itu,
produksi minyak di Venezuela harus diupgrade untuk meningkatkan
kemurnian minyak.
Peningkatan kualitas ini yang menjadi kendala perusahaan minyak di
Venezuela untuk memproduksi minyak. Lantaran peningkatan kualitas
produksi minyak membutuhkan dana besar. Sedangkan perusahaan minyak
negara Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) pun tidak memiliki uang untuk
membangun fasilitas peningkatan kualitas minyak atau dimurnikan.
Di sisi lain sejumlah mitra masih ragu untuk melakukan bisnis di negara tersebut karena risiko bisnis.
"Sebelum Chavez berkuasa PDVSA merupakan perusahaan minyak. Dengan
Chavez menjadi perpanjangan tangan revolusi, dan digunakan untuk para
pendukungnya dan Chavez dalam kekuasaan. Setelah impor minyak ini
kegagalan yang luar biasa bagi PDVSA dan Venezuela," ujar Jose Toro
Hardy, mantan direktur PDVSA, dan anggota oposisi di negara itu, seperti
dikutip dari CNBC, Selasa (4/11/2014).
Perusahaan minyak negara ini telah menjadi sapi perah untuk kas
pemerintah. PDVSA dipaksa mendanai sejumlah program sosial di negara
tersebut yang dilanda korupsi. Selain itu, dana dari perusahaan minyak juga digunakan untuk membiayai kampanye politik untuk pengganti Chavez, Nicolas Maduro.
Dengan menjadi sapi perah untuk kas pemerintah membuat perusahaan
harus memotong kembali investasi dalam bisnis minyak dan gas alam.
Pada tahun lalu, total pendapatan PDVSA sekitar US$ 116 miliar, dari pendapatan itu, perseroaan membayar lebih dari US$ 33 miliar untuk mendukung program sosial pemerintah serta dana investasi sekitar US$ 10 miliar untuk operasi.
Selain itu, perusahaan minyak
negara ini juga berat mensubsidi minyak. Perusahaan harus membayar
miliaran per tahun untuk energi kepada konsumen. Sedangkan biaya
konsumen hanya sen per galon.
Di saat yang sama penurunan harga minyak dunia juga mempengaruhi
penerimaan pendapatan negara. Hal itu lantaran penurunan harga minyak
sekitar US$ 1 membuat pendapatan hilang sekitar US$ 700 juta.
Tak hanya itu, Venezuela juga harus menghadapi produksi minyak lebih
rendah sekarang dari pada ketika Chavez menjabat pada 1999. Produksi
minyak sekarang diperkirakan 2,7 juta barel per hari adalah 13 persen
lebih rendah dari pada ketika Chavez menjabat pada 1999.
Selain itu, kilang minyak Venezuela juga telah mengalami kerusakan
dan shutdown termasuk kebakaran dan ledakan di pabrik Amuay pada dua
tahun lalu. Hal itu menimbulkan kekurangan bensin, oli motor dan
pelumas.
Tak hanya itu saja Venezuela juga menurunkan ekspor minyak mentah
dari 1,5 juta barel per hari menjadi 800 ribu barel per hari. Hal itu
sebagai akibat dari kesepakatan Venezuela meminjam uang dari China, dan
dibayar dengan minyak.
(sumber: liputan6.com)
No comments:
Post a Comment