Kondisi ekonomi global yang sedang
mengkhawatirkan berdampak pada kondisi makro ekonomi Indonesia, sehingga
baru-baru ini pemerintah mengadakan konferensi yang membahas stabilitas
makro ekonomi Indonesia kuartal tiga 2014.
Ada beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian adalah dampak langsung pada sektor keuangan akibat kenaikan Fed Funds Rate
yang tinggi dan lebih cepat dari perkiraan sehingga mengakibatkan nilai
tukar, pasar modal dan pasar Surat Utang Negara mengalami tekanan.
Pada konferensi yang terdiri dari
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan
Lembaga Penjamin Simpanan ini M. Chatib Basri, Menteri Keuangan
mengatakan pada laman Sekretariat Kabinet RI bahwa pemerintah
saat ini sedang mencermati perkembangan yang sedang terjadi pada sektor
perbankan, pasar modal, pasar keuangan, fiskal yang kondisinya sampai
saat ini masih terkendali dan terkontrol.
Perhatian juga tertuju pada terjadinya
perlambatan pada perekonomian Tiongkok dan juga penurunan harga komoditi
yang berpengaruh pada current account deficit. Kemudian akibat dari
lemahnya kurs dan perkembangan fiskal dengan menjaga defisit anggaran
pada level 2,4%.
Langkah antisipasi yang dilakukan adalah
kesiapan agar tidak terjadi sudden reversal dan kebijakan yang
diambilkan dari sisi fiskal dengan menurunkan Surat Berharga Negara pada
APBN 2015 sebesar Rp 27,9 triliun dengan tujuan membuat ketergantungan
terhadap utang Indonesia sedangkan utang luar negeri dalam bentuk
pinjaman semakin kecil sehingga defisit anggaran juga semakin kecil.
Sekalipun nilai tukar mata uang rupiah
terus mengalami depresiasi dalam beberapa minggu ini tetapi secara umum
stabilitas keuangan Indonesia masih dalam kondisi yang terjaga secara
month to month sebesar 1,57% dan year to year sebesar 0,12% ungkap Agus
D. W, gubernur BI.
(Vibiznews).
No comments:
Post a Comment