New York - Harga minyak Brent di London melanjutkan penurunannya pada Selasa (Rabu pagi WIB, 10/9/2014), di tengah membanjirnya pasokan di pasar dan sedikit kenaikan untuk gambaran permintaan saat ini.
Tetapi harga minyak AS stabil, yang memungkinkan penyempitan lebih lanjut pada perbedaan harga antara dua acuan minyak global tersebut.
Kontrak utama London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, jatuh 1,04 dolar AS menjadi berakhir pada 99,16 dolar AS per barel, terendah sejak April 2013.
Di New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik tipis sembilan sen menjadi 92,75 dolar AS per barel.
Meredanya ancaman terhadap pasokan di Irak dan Libya, dan ketegangan di Ukraina yang sedikit berkurang, menghapus beberapa tekanan pembelian dari pasar.
"Brent sedang melanjutkan lintasan penurunannya yang telah diikutinya sejak pertengahan Juni, meskipun kerusuhan geopolitik -- betapa pun, sejauh ini risiko-risiko tersebut memiliki dampak kecil terhadap situasi pasokan jangka pendek," kata para analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
"Memang, sekali lagi gencatan senjata yang rapuh tampak menimbulkan beberapa rasa tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan dalam konflik di Ukraina." Para analis industri PIRA Energy menyatakan harga-harga bisa turun lebih lanjut karena melimpahnya persediaan di pasar.
Setelah pemotongan harganya untuk minyak mentah pekan lalu, pihaknya mencatat, pengekspor terkemuka Arab Saudi masih belum sepenuhnya kompetitif.
"Bahkan dengan pengurangan, barel-barel minyak Saudi tetap kurang kompetitif daripada tingkat domestik AS sekitar 2-3 dolar AS per barel," katanya.
Analis Sucden Myrto Sokou mengatakan dolar yang kuat juga membebani harga.
"Jika harga minyak mentah melanjutkan kecenderungan turun tajam mereka dalam sesi perdagangan mendatang, kita bisa mengharapkan respon atau tindakan segera dari anggota OPEC mengenai tingkat produksi minyak saat ini," kata Sokou.
OPEC, yang akan mengadakan pertemuan tentang produksi berikutnya yang dijadwalkan di Wina pada 27 November, menyumbang sekitar sepertiga dari produksi minyak dunia.
Tetapi harga minyak AS stabil, yang memungkinkan penyempitan lebih lanjut pada perbedaan harga antara dua acuan minyak global tersebut.
Kontrak utama London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, jatuh 1,04 dolar AS menjadi berakhir pada 99,16 dolar AS per barel, terendah sejak April 2013.
Di New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik tipis sembilan sen menjadi 92,75 dolar AS per barel.
Meredanya ancaman terhadap pasokan di Irak dan Libya, dan ketegangan di Ukraina yang sedikit berkurang, menghapus beberapa tekanan pembelian dari pasar.
"Brent sedang melanjutkan lintasan penurunannya yang telah diikutinya sejak pertengahan Juni, meskipun kerusuhan geopolitik -- betapa pun, sejauh ini risiko-risiko tersebut memiliki dampak kecil terhadap situasi pasokan jangka pendek," kata para analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
"Memang, sekali lagi gencatan senjata yang rapuh tampak menimbulkan beberapa rasa tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan dalam konflik di Ukraina." Para analis industri PIRA Energy menyatakan harga-harga bisa turun lebih lanjut karena melimpahnya persediaan di pasar.
Setelah pemotongan harganya untuk minyak mentah pekan lalu, pihaknya mencatat, pengekspor terkemuka Arab Saudi masih belum sepenuhnya kompetitif.
"Bahkan dengan pengurangan, barel-barel minyak Saudi tetap kurang kompetitif daripada tingkat domestik AS sekitar 2-3 dolar AS per barel," katanya.
Analis Sucden Myrto Sokou mengatakan dolar yang kuat juga membebani harga.
"Jika harga minyak mentah melanjutkan kecenderungan turun tajam mereka dalam sesi perdagangan mendatang, kita bisa mengharapkan respon atau tindakan segera dari anggota OPEC mengenai tingkat produksi minyak saat ini," kata Sokou.
OPEC, yang akan mengadakan pertemuan tentang produksi berikutnya yang dijadwalkan di Wina pada 27 November, menyumbang sekitar sepertiga dari produksi minyak dunia.
(wartaekonomi.co.id)
No comments:
Post a Comment