SOLID GOLD PALEMBANG - Kurs dolar AS yang kuat adalah ancaman terbesar bagi pasar obligasi Asia, termasuk Korea Selatan, karena penguatan dolar menimbulkan beban utang negara-negara Asia `dalam mata uang lokal, ekonom Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan Selasa.
Iwan J. Azis, kepala kantor integrasi ekonomi regional ADB (OREI), dalam seminar "Asia Bond Monitor" yang diadakan di pusat kota Seoul mengatakan bahwa kenaikan suku bunga AS dan konsekuensi penguatan dolar akan mengubah arus modal asing yang masuk dan keluar dari pasar obligasi Asia.
Azis mengatakan, dolar yang kuat pasti akan meningkatkan beban utang dalam mata uang lokal untuk negara-negara Asia, mencatat bahwa mata uang Korea Selatan turun 5,7 persen dari Juli sampai Oktober terhadap dolar dan mencatat penurunan terbesar di antara rekan-rekannya di Asia Timur.
Di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga acuannya pada semester kedua 2015, bank sentral Korea Selatan memangkas kebijakan suku bunganya pada Agustus dan Oktober ke rekor terendah dua persen.
Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penurunan suku bunga di Korea Selatan dapat memicu arus keluar modal asing dari pasar saham dan obligasi lokal, karena mata uang Korea Selatan yang jatuh terhadap dolar akan meningkatkan rugi kurs dalam investasi asing di tengah tren dolar yang kuat.
Azis memperkirakan tren dolar yang kuat akan menjadi lebih kuat di tengah harapan kenaikan suku bunga Fed pada tahun depan dan meningkatkan depresiasi mata uang Asia Timur lebih lanjut terhadap dolar.
Obligasi dalam mata uang Korea Selatan yang beredar adalah 1,7 triliun dolar pada akhir September, naik 2,4 persen dari tiga bulan sebelumnya dan naik 8,4 persen dari setahun sebelumnya. Ini menandai pasar terbesar ketiga setelah Tiongkok dan Jepang.
(Sumber: antaranews.com)
No comments:
Post a Comment