Laju pertumbuhan ekonomi ASEAN kini dinilai terganjal akibat
pemerintahan yang bergerak lamban, maraknya korupsi hingga berbagai
kebijakan proteksionis sejak kelompok tersebut didirikan pada 1967.
Indonesia, negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN justru dinilai
menghambat laju pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Sejauh ini, Indonesia dianggap telah mengambil sejumlah kebijakan yang menghambat masuknya investasi asing seperti larangan ekspor mineral mentah pada Januari
dan aturan perdagangan pada Februari. Semua kebijakan itu sebenarnya
diambil agar pemerintah dapat mengendalikan seluruh proses ekspor dan
impor demi melindungi industri lokal.
"Negara-negara anggota ASEAN belum membuat langkah signifikan dalam
menumbuhkan perekonomiannya seperti menghapuskan hambatan bea ekspor,
mengurangi birokrasi investasi, dan meningkatkan mobilitas tenaga
kerja," ungkap para ekonom senior dalam laporan Moody's Investor Service
seperti dikutip dari CNBC, Jumat (10/10/2014).
Perusaan penyedia jasa keuangan global itu menilai, integrasi
finansial yang lebih mendalam antar anggota ASEAN diperlukan guna
mendorong ekspansi sejumlah perusahaan. Namun sejauh ini, integrasi
tersebut masih terhalang berbagai perbedaan regulasi dan perusahaan
milik pemerintah.
"Perbedaan tingkat perkembangan perekonomian juga menjadi hambatan
prtumbuhan ekonomi ASEAN," ungkap ekonom regional CIMB Song Sen Wun.
Lebih jelasnya, produk domestik bruto (PDB) per kapita di Myanmar
berada di level US$ 861 per tahun. Sementara di Singapura yang terkenal
sebagai negara kaya, PDB per kapita masyarakat mencapai US$ 52 ribu per
tahun.
Untuk diketahui, ASEAN
berhasil mencetak PDB secara keseluruhan hingga mencapai US$ 2 triliun.
Itu lantaran sumber daya alam yang melimpah dan tingginya populasi
pemuda di kawasan tersebut.
(liputan6.com)
No comments:
Post a Comment