SOLID GOLD PALEMBANG - Laju inflasi India untuk bulan September
tercatat melambat melampaui perkiraan ekonom setelah Gubernur bank
sentral India, Raghuram Rajan, tetap mempertahankan suku bunga acuannya
yang juga merupakan suku bunga tertinggi di Asia ini.
Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 6.46
persen pada September dari tahun sebelumnya, dimana laju ini adalah yang
paling lambat sejak indeks diciptakan pada bulan Januari 2012 silam dan
lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan Agustus yang tercatat
sebesar 7.73 persen, demikian seperti dirilis oleh Departemen Statistik
India di New Delhi . Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Sementara itu, Bank Sentral India hingga saat ini masih berusaha dan optimis dapat mencapai target inflasi sebesar 8 persen untuk Januari mendatang. Terkait hal ini, Rajan mengatakan bahwa tingkat inflasi yang rendah atau defisit anggaran yang sempit dapat menyebabkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan peringkat kredit India setelah Standard & Poor bulan lalu menaikkan prospek kredit di negara ini dari yang semula negatif menjadi stabil.
Rata-rata pertumbuhan harga konsumen
telah mereda lebih dari 10 persen tahun lalu karena Rajan menaikkan
tingkat repo acuan menjadi 8 persen dari 7,25 persen sejak menjabat 13
bulan yang lalu.
Saat ini negara dengan ekonomi terbesar
ketiga di Asia berekspansi sebesar 5,7 persen dari tahun sebelumnya pada
kuartal ke-3 tahun ini, dimana laju ini adalah yang tertinggi dalam dua
tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi di India diperkirakan akan sebesar
5,5 persen pada tahun ini sampai Maret 2015 mendatang dan sebesar 6,3
persen dalam 12 bulan ke depan.
Rajan juga telah mendesak pemerintah
untuk mengambil keuntungan dari harga minyak yang telah menyentuh posisi
terendahnya dalam empat tahun untuk membebaskan biaya bahan bakar dan
mengurangi subsidi yang berkontribusi terhadap salah satu defisit
anggaran terbesar di Asia. Seperti diketahui, minyak mentah Brent,
patokan untuk lebih dari setengah minyak dunia, telah jatuh 18 persen di
tahun ini menjadi sekitar $ 88 per barel.
Subsidi yang lebih rendah juga dipandang
dapat membantu meningkatkan keuangan publik dan menahan inflasi.
Sementara itu, tingkat produksi industri tumbuh 0,4 persen pada bulan
Agustus dari tahun sebelumnya, lebih lambat dari perkiraan sebesar 2,6
persen yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, harga makanan naik
sebesar 7.56 persen pada bulan September, dipimpin oleh lonjakan sebesar
22 persen terhadap biaya buahdan inflasi bahan bakar tercatat sebesar
3,45 persen.
(sumber: vibiznews)
No comments:
Post a Comment