Wednesday, October 15, 2014

Laju Inflasi India Terlamban Sepanjang Masa



SOLID GOLD PALEMBANG - Laju inflasi India untuk bulan September tercatat melambat melampaui perkiraan ekonom setelah Gubernur bank sentral India, Raghuram Rajan, tetap mempertahankan suku bunga acuannya yang juga merupakan suku bunga tertinggi di Asia ini.

Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 6.46 persen pada September dari tahun sebelumnya, dimana laju ini adalah yang paling lambat sejak indeks diciptakan pada bulan Januari 2012 silam dan lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan Agustus yang tercatat sebesar 7.73 persen, demikian seperti dirilis oleh Departemen Statistik India di New Delhi  . Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

India Inflation Rate

Sementara itu, Bank Sentral India hingga saat ini masih berusaha dan optimis dapat mencapai target inflasi sebesar 8 persen untuk Januari mendatang. Terkait hal ini, Rajan mengatakan bahwa tingkat inflasi yang rendah atau defisit anggaran yang sempit dapat menyebabkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan peringkat kredit India setelah Standard & Poor bulan lalu menaikkan prospek kredit di negara ini dari yang semula negatif menjadi stabil.

Rata-rata pertumbuhan harga konsumen telah mereda lebih dari 10 persen tahun lalu karena Rajan menaikkan tingkat repo acuan menjadi 8 persen dari 7,25 persen sejak menjabat 13 bulan yang lalu.

Saat ini negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia berekspansi sebesar 5,7 persen dari tahun sebelumnya pada kuartal ke-3 tahun ini, dimana laju ini adalah yang tertinggi dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi di India diperkirakan akan sebesar 5,5 persen pada tahun ini sampai Maret 2015 mendatang dan sebesar 6,3 persen dalam 12 bulan ke depan.

Rajan juga telah mendesak pemerintah untuk mengambil keuntungan dari harga minyak yang telah menyentuh posisi terendahnya dalam empat tahun untuk membebaskan biaya bahan bakar dan mengurangi subsidi yang berkontribusi terhadap salah satu defisit anggaran terbesar di Asia. Seperti diketahui, minyak mentah Brent, patokan untuk lebih dari setengah minyak dunia, telah jatuh 18 persen di tahun ini menjadi sekitar $ 88 per barel.

Subsidi yang lebih rendah juga dipandang dapat membantu meningkatkan keuangan publik dan menahan inflasi. Sementara itu, tingkat produksi industri tumbuh 0,4 persen pada bulan Agustus dari tahun sebelumnya, lebih lambat dari perkiraan sebesar 2,6 persen yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, harga makanan naik sebesar 7.56 persen pada bulan September, dipimpin oleh lonjakan sebesar 22 persen terhadap biaya buahdan inflasi bahan bakar tercatat sebesar 3,45 persen.

(sumber: vibiznews)

No comments:

Post a Comment